Setelah 11 bulan perang di Gaza, pihak Israel kehabisan dana akibat biaya perang yang terus membengkak. Dalam kurun waktu tersebut, Israel telah menghabiskan dana sebesar 68 miliar dolar. Dengan angka tersebut maka negara mengalami peningkatan defisit mencapai 6,6%.
Dengan kondisi ini, maka menteri keuangan memberikan peringatan keras agar menstabilkan ekonomi di negara tersebut. Salah satu caranya yaitu membekukan kurva pajak penghasilan agar mencegah kenaikan tarif pajak, pembekuan gaji sektor publik, dan pembekuan upah minimum. Bahkan ada juga pajak tambahan atas laba perusahaan yang belum dibagikan.
Israel Kehabisan Dana sehingga Gaji Warga Dipotong
Menteri keuangan Israel mengungkapkan bahwa pengeluaran militer untuk serangan ke Gaza akan didanai dengan pemotongan anggaran pembekuan gaji dan peningkatan pendapatan. Hal ini diungkapkan saat sang mentri mengumumkan rencana anggaran yang telah lama ditunggu-tunggu untuk tahun depan.
Pihak menteri keuangan mengatakan bahwa kesenjangan fisikal yang direncanakan di tahun 2025 akan diturunkan menjadi 4% dari PDB sehingga memerlukan modifikasi anggaran sebanyak 30 miliar shekel.
Smotrich juga tidak memberikan rincian secara jelas dengan alasan ingin menyampaikan proposalnya ke perdana menteri Benjamin Netanyahu dan menteri lainnya.
Namun ada penekanan bahwa terjadi pemotongan sektor publik yang signifikan sekaligus pembekuan gaji bagi menteri, legislator, dan pegawai negeri sipil akibat Israel kehabisan dana.
Tentunya perang di Gaza dan agresi di Lebanon menyebabkan peningkatan pengeluaran rezim pendudukan sekaligus memperburuk perekonomian dengan signifikan. Defisit terakhir selama 12 bulan meningkat sebanyak 8,1% dari PDB pada Juli.
Bahkan lembaga pemerintah utang internasional telah menurunkan peringkat negara ini untuk pertama kali. Sang menteri keuangan mengulangi tujuan pemerintah mengurangi defisit keseluruhan menjadi 6,6% di 2024 walaupun defisit ini masih merupakan salah satu defisit terburuk.
Smotrich mengklaim bahwa anggaran di 2025 akan disetujui parlemen pada akhir tahun nanti. Para teknokrat menganggap Israel kehabisan dana ini tidak akan terjadi mengingat pekerjaan struktural yang tertunda dan prosedur legislatif panjang.
Penundaan tersebut membuat khawatir para investor dan pemimpin bisnis yang telah memperingatkan bahwa jeda tersebut akan mengaburkan prospek ekonomi negara tersebut dan meningkatkan premi aset yang sudah berisiko tinggi.
Smotrich mengatakan bahwa pihak mereka dapat memenuhi target anggaran untuk tahun ini kecuali ada pengeluaran yang tidak diantisipasi akibat agresi di Gaza atau konfrontasi dengan hizbullah.
Perekonomian Israel seperti Kapal Tenggelam
Menurut jurnalis Maariv Israel, Natan zahavi mengatakan menteri keuangan tidak tahu apa-apa mengenai perekonomian di negara tersebut. Apalagi sikap acuhnya terhadap memburuknya situasi ekonomi sehubungan dengan perang telah terjadi dalam 11 bulan.
Menurut sang jurnalis, Smotrich memiliki masa lalu kontroversial serta buta warna akibat tidak melihat lampu merah berkedip yang memperingatkan bahwa kapalnya diambang kecelakaan dan akan tenggelam.
Sang menteri juga mengabaikan para investor yang meninggalkan kapal tenggelam tersebut dan tidak mendengar para direktur perusahaan peringkat kredit telah menurunkan peringkat Israel.
Kondisi ini menunjukkan bahwa situasi sudah sangat serius akibat Israel kehabisan dana. Smotrich juga dianggap tidak menyadari bahwa wisatawan tidak lagi berlibur ke Israel dan banyak hotel serta perusahaan pariwisata kekurangan pendapatan.
Bahkan sang menteri juga dianggap mengabaikan teriakan minta tolong warganya. Zahavi mengatakan Smotrich arogan dan terlalu percaya diri menggunakan dana publik seolah-olah itu miliknya.
Bahkan ia mendistribusikan bunga dan hibah kepada domba dari Padang rumputnya serta menutup mata terhadap para petani yang ladangnya terbakar oleh api Gaza dan Hizbullah.
Zahavi juga membahas mengenai buruknya sistem layanan kesehatan di mana memperlihatkan penurunan tajam jumlah dokter dan psikolog yang tersedia. Ditambah lagi adanya pemotongan anggaran untuk rehabilitasi mereka yang terkena perang.
Bahkan saat ini biaya hidup dan harga tiket pesawat terus meroket bahkan menjadi salah satu yang tertinggi di dunia. Dengan kondisi Israel kehabisan dana maka menunjukkan bahwa perekonomian negara tersebut sedang tidak baik-baik saja.
Perang Gaza Membuat Israel Diambang Keruntuhan
Kondisi Israel kehabisan dana padahal telah mengeluarkan banyak biaya untuk perang Gaza dalam melawan Hamas tetapi masih jauh dari kata menang. Seorang mantan perwira senior di pasukan pertahanan Israel mengkritik perang yang sedang berlangsung di Gaza.
Karena strategi yang digunakan oleh pasukan militer justru membawa negara ini diambang keruntuhan. Pensiunan mayor jenderal, Yitzhak Brik mengatakan bahwa perang ini menimbulkan kerugian signifikan terhadap IDF dan stabilitas negara tersebut secara luas.
Ia juga menentang gagasan di kalangan pemimpin politik dan militer yaitu melakukan penarikan pasukan dari Gaza setelah kesepakatan penyanderaan dengan Hamas karena menandakan kekalahan.
Ia menggambarkan hal ini sebagai “kesalahpahaman mendasar” terhadap situasi tersebut dengan alasan hal tersebut digunakan untuk membenarkan upaya perang berkelanjutan dan pada akhirnya tidak efektif.
Strategi diterapkan sekarang belum mencapai tujuan termasuk serangan berulang ke Gaza. Ia memperingatkan IDF semakin lemah dan operasi yang terus dilakukan akan memperburuk situasi.
Yitzhak mengatakan bahwa saat pihak Israel terus berperang di Gaza dengan menyerang kembali sasaran yang sama maka tidak hanya membuat Hamas runtuh tetapi Israel juga akan runtuh. Salah satu buktinya yaitu Israel kehabisan dana sehingga diambang kehancuran.